Sabtu, 05 Juli 2014

Stevolni eps. 3 : Wanita Pematah Hati

Aku lupa kapan terakhirkalinya aku menangis
Tapi itu bukan berarti hidupku selalu bahagia
Karena aku juga lupa...
Kapan terkhirkalinya aku tersenyum tanpa beban.

   Itulah yang Dadang tulis di status facebooknya, ia sangat berharap Selfie mengomentari atau setidaknya nge-like statusnya itu. Namun sejam dua jam... sehari dua hari Dadang menunggu... Selfie tetap tak menanggapinya. Hanya seorang yang nge-like statusnya, itupun mungkin karena terpaksa soalnya Dadang ancam dia pake parang.

   Dadang merasa sendiri di dalam ruang kelasnya yang penuh dengan kegaduhan obrolan teman-temannya. Ia merasa hampa meratapi nasib cintanya terhadap selfie yang tak kunjung terungkap. Ia hanya bisa duduk melamun di atas meja guru, sambil makan sedikit demi sedikit potongan kapur tulis.

   Sejak ujian seminggu kemarin, Dadang tidak pernah lagi melihat sosok Selfie. Ia gelisah karena kabarnya Selfie akan melanjutkan sekolah di luar kota dan tidak akan tinggal lagi di kota Subang, apalagi perpisahan sekolah semakin dekat, Dadang semakin gelisah karena takut Selfie keburu pergi sebelum Dadang bisa mengungkapkan isi hatinya.

                                                           ***

   Saat pulang dari sekolah, Dadang tidak sengaja melihat Selfie dari kejauhan sedang duduk manis di warung baso. Bagi Dadang, tidak ada yang lebih indah di dunia ini selain melihat wajah Selfie yang sedang tersenyum, apalagi kini Selfie jauh lebih anggun dari biasanya, ia mengenakan baju yang sangat mewah... baju pemadam kebakaran.

   Ketika melihat Selfie yang sedang asyik menyantap semangkuk baso spesial yang di taburi paku payung di atasnya, tiba-tiba saja Dadang teringat kata-kata bang Didin (preman yang suka nongkrong di depan rumah Dadang), waktu itu bang Didin pernah bilang.

"Hidup itu cuma sekali... jadi... mumpung ada kesempatan... ngapain mikir dua kali."
Setelah mengingat kalimat itu, Dadang pun langsung memutuskan untuk nembak Selfie saat itu juga.

   Dengan langkah yang gemetar, Dadng mulai mendekati Selfie. Namun, ketika sudah lebih dari setengah perjalanan ia malah berhenti, mungkin karena merasa sangat gugup... Dadang pun menutup kedua matanya, lalu melanjutkan kembali langkahnya.
Setelah merasa berada tepat di belakang tubuh Selfie, kemudian Dadang buru-buru meraih tangan Selfie dan menggenggamnya dengan sangat erat, dengan mata yang masih dalam keadaan tertutup, lalu Dadang berkata.

"Sel... aku tak kuat lagi memendam perasaan ini... mungkin hatiku telah berdebu... karena ribuan malam selalu merindukanmu... percayalah... aku sangat mencintaimu... dan aku ingin kau menjadi pacarku."
   Sedetik dua detik berlalu... Dadang merasa ada yang aneh... Selfie tak kunjung memberinya jawaban. Lalu Dadang pun membuka kedua matanya, ia terbelalak karena merasa kaget sekali, yang dia pegang ternyata bukan tangan Selfie, melainkan tangan si abang tukang baso. Lalu Dadang pun buru-buru melepaskan genggamannya. Dadang baru sadar ternyata Selfie dari tadi berdiri tepat satu meter di belakang si abang tukang baso, lalu si abang tukang baso itu pun pergi meninggalkan mereka berdua dengan mangkok menutupi mulutnya karena tak tahan ingin tertawa.

  Selfie mulai buka suara menanggapi pengungkapan perasaan dari Dadang.
"Maaf Dang... sebenarnya aku tau kalau cinta kamu itu tulus... tapi, zodiak aku kan Aries, sedangkan zodiak kamu Taurus... Nah... menurut ramalan zodiak, aku tuh cocoknya sama cowo yang zodiaknya Leo... Maaf, untuk saat ini aku belum bisa nerima kamu dang."

   Mendengar kata-kata dari Selfie yang ternyata menolak cintanya, Dadang pun bagaikan tersambar petir di siang bolong, ia berharap ada angin kencang yang bisa meniup dirinya terbang dan menghilang dari hadapan Selfie saat itu juga, tapi Dadang tau itu tidak akan mungkin terjadi. Lalu dia pun memutuskan untuk lari sekencang-kencangnya meninggalkan Selfie... karena tidak hati-hati Dadang malah menabrak seorang laki-laki yang ada di depannya dan tanpa sengaja bibir Dadang menempel tepat di pipi laki-laki itu... yang ternyata lelaki itu... lagi-lagi si abang tukang baso tadi.

                                                                ***

   Dadang tidak percaya, ia di tolak hanya gara-gara sebuah ramalan zodiak. Dadang kembali melanjutkan langkahnya, namun ia tidak langsung pulang menuju rumahnya, ia malah menaiki tower yang ada di kampungnya, tapi bukan untuk bunuh diri, di atas tower Dadang malah teriak-teriak gak jelas sambil nyanyi lagu Viera dengan nada yang tak beraturan.
"Aku kan bertahan... meski takan mungkin... menerjang kisahnya... walau perih... walau perih."
Dadang tidak bisa menguasai perasaanya hingga membuat Dadang menangis sejadi-jadinya sambil minta tolong.
"Tolooong... toloooong... emaak toloooonggg..."
 Tapi sepertinya Dadang bukan menangis karena patah hati di tolak Selfie, ia menangis karena takut ketinggian dan gak bisa turun dari atas tower.

   Tanpa sepengetahuan Dadang, ternyata dari tadi bang Didin (preman yang kadang juga suka nongkrong di atap rumah Dadang) memperhatikannya dari bawah. Tanpa memperdulikan Dadang yang masih nangis dan teriak-teriak minta tolong di atas sana, lalu bang Didin pergi meninggalkan tower itu sambil berkata.
"Semoga hari ini aku tersesat..."

Bersambung...

Stevolni eps. 3
"Wanita Pematah Hati"
@Thazudin_Story


Tidak ada komentar:

Posting Komentar