Sabtu, 12 Juli 2014

Stevolni eps. 5 : Selfie Ending

  Kota Subang tampak seperti kota mati yang di tinggalkan oleh semua penduduknya, jalanan masih terlihat sepi, deretan toko pun masih tutup seperti sedang menunggu matahari datang menyapa dengan sinarnya.

   Hari masih gelap, suara adzan subuh pun belum terdengar dari masjid yang ada di kampungnya, namun Dadang sudah terlihat rapi mengenakan seragam putih abu-abu. Ia tidak ingin terlambat pergi ke sekolah, karena ini adalah hari pertama ia berangkat sekolah sebagai siswa SMA.

   Dadang berdiri di atas lampu merah, ia menunggu perahu lewat yang bisa membawanya ke SMA, yang katanya SMA terfavorit di kota Subang. Karena hari semakin siang dan perahu yang ia tunggu tak kunjung datang, akhirnya Dadang pun terpaksa naik angkot putih bermotif polkadot berwarna pink. Namun baru saja angkot yang Dadang naiki berjalan beberapa meter, tiba-tiba jalanan menjadi macet, katanya sih di depan ada tawuran antar panti jompo.
"Gimana bangsa Indonesia ini bisa maju ? orang tuanya aja gak bisa memberi contoh yang baik untuk generasi mudanya." Ujar salah seorang penumpang.
"Ini sih masih mending, kemarin malah ada tawuran anak-anak TK." Ujar sopir angkot.
Karena tak tahan menunggu terlalu lama, lalu Dadang pun turun dari angkot itu dan memutuskan untuk berjalan kaki menggunakan tangan.

   Setibanya di sekolah Dadang nampak kebingungan, gerbangnya sudah di tutup, padahal jam masih menunjukan pukul setengah tujuh. Awalnya Dadang berepikir...
"Ah, mungkin jam yang ada di hp ngaco... jadinya kesiangan."
Namun tiba-tiba ada 2 mba-mba cantik yang lewat di depannya sambil ngobrol.
"Anak jaman sekarang rajin ya... hari libur aja masih pake seragam sekolah."
Setelah mendengar pembicaraan 2 mba-mba cantik itu yang mengatakan kalau hari ini libur, Dadang pun langsung buru-buru nge-cek hari dan tanggal yang ada di hp merk Oskadon yang ia bawa. Dan benar saja, hari ini memang hari minggu. Dadang hanya bisa tersenyum, ia menertawakan kesalahannya sendiri yang mengira kalau hari ini adalah hari senin. Setelah itu ia pun langsung cabut kembali ke rumahnya, karena jalanan masih macet, Dadang pun terpaksa harus kembali berjalan kaki menggunakan tangan.

26 jam kemudian...

   Dadang tampak sedang tergesa-gesa menuju gerbang sekolah, namun sejenak langkahnya terhenti oleh kejadian di seberang jalan. Terlihat seorang polisi lalu lintas sedang bersitegang dengan 2 anak SD yang sudah kumisan, mereka tidak terima di tilang hanya gara-gara pake spion dari serutan pensil yang ada cerminnya. Sebenarnya Dadang ingin menolong 2 anak SD yang sudah kumisan itu, namun sayangnya ia juga sekarang sedang butuh pertolongan Tuhan agar tidak terlambat sampai di gerbang sekolah.
Dadang bersukur karena lebih cepat sepersekian detik sebelum gerbang yang terbuat dari tanah liat itu di tutup oleh satpam bernama Aliando yang biasa di panggil Digo karena kebiasaannya suka "mandi bari cingogo"

   Dadang sangat senang bisa diterima di sekolah ini, karena sekolah ini berbeda dari sekolah-sekolah lain yang masih menerapkan Masa Orientasi Siswa atau yang biasa di sebut dengan MOS dan biasa di plesetin menjadi Mouse, yang kalau dalam bahasa Inggris mouse itu artinya Macan... (Ya benar... anda memang tidak salah baca, tapi saya juga tau mouse itu artinya "Tikus" saya sengaja nulis "Macan" karena saya ingin cerita ini sedikit lebih seram, dan panjang supaya anda cape membacanya ^_^ Oke lanjuuut...)

  Karena menjadi siswa terakhir yang masuk ke dalam kelas, tadinya Dadang akan di hukum dengan lari keliling pulau jawa, namun karena kasihan, akhirnya wali kelas Dadang hanya menyuruhnya untuk memperkenalkan diri di hadapan teman-teman barunya, tapi harus dengan cara ber-stand up comedy. Dadang pun mulai mencoba memperkenalkan dirinya.
"Hallo nama saya Dadang... biasa di panggil Arthur, Conan atau Doyle... tapi saya sih sukanya di panggil... Sayang... hehe becanda. Kalian boleh ko, manggil saya apa aja... asal jangan panggil saya dengan nama Helly... soalnya saya gak mau lari-lari sambil bilang guk-guk-guk... ayo lari-lari..."

   Dadang pun merasa lega, karena hampir semua yang ada di ruangan itu tertawa termasuk wali kelasnya. Namun ada satu cewek yang dari tadi menundukan kepalanya... dan setelah di tunggu-tunggu akhirnya cewek itu pun menampakan wajahnya. Setelah tau siapa wanita itu, hati Dadang langsung berbunga-bunga Raflesia Arnoldi. Ternyata wanita itu adalah Selfie, wanita yang selama ini ia cintai (lebih tepatnya sih... cewek yang selalu menolak cintanya).

   Dadang senang karena ternyata Selfie tidak pindah keluar kota dan Dadang pun langsung memberikan senyuman termanisnya pada Selfie, mungkin sirop Marjan di bulan puasa aja kalah manisnya sama senyuman Dadang saat ini... Namun sedetik dua detik Dadang menunggu... Selfie tetap tidak membalas senyumannya itu... setelah di tunggu-tunggu... Selfie malah kembali menundukan kepalanya.

Entah apa yang di pikirkan Selfie...
 Dan entah apa yang membuatnya tampak murung seperti itu...
(jujur, saya yang nulis cerita ini juga gak tau)

Bersambumg...

Stevolni eps. 5
Selfie Ending
@Thazudin_Story

Kamis, 10 Juli 2014

Stevolni eps. 4 : Sedingin Cintamu

   Salju turun perlahan namun tanpa henti, hingga menutupi jalanan aspal dan teras-teras di sekitar Wisma Karya Subang. Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah warna putih, dinginnya angin menerpa wajah Dadang yang sedang duduk termangu di pinggiran trotoar. Ia tidak peduli meski di hadapannya banyak mobil angkot balapan sama mobil tamiya, ataupun dengan cuaca yang terus menurun derastis hingga minus 39 derajat cel-cius miapa ?

   Dadang masih tidak bisa percaya, cintanya yang sudah ia pendam selama ratusan tahun di tolak begitu saja oleh Selfie. Dengan tubuh yang menggigil karena kedinginan, kemudian Dadang meluapkan amarahnya pada tiang listrik yang ada di sebelahnya.
"Hey... apa yang membuatmu menolakku... apa karena aku pria kurang kaya ? apa karena aku pria kurang tampan ? walaupun memang begitu, tapi setidaknya aku bukanlah pria kurang ajar. Yaa... memang ada satu lagi sih kekuranganku... aku pria kurang gizi."
Kemudian Dadang menundukan kepalanya beberapa saat, lalu melanjutkan kembali kemarahannya.
"Aku kurang gizi gara-gara myamuk yang ada di rumahku... di tempat lain mereka nyedot darah... tapi di rumahku ??? mereka semua malah nyedot lemak."

   Karena sudah merasa bosan, Dadang pun beranjak dari duduknya dan berjalan menyusuri trotoar melewati para penjual makanan dan minuman khas Italy seperti... ketan bakar, sorabi oncom, bandrek, bajigur dll. Sebenarnya Dadang ingin membeli bandrek untuk menghangatkan dirinya yang sedang kedinginan, tapi sayangnya ia tidak punya uang sepeserpun. Dadang jadi nyesel dulu waktu SD ia pernah bolos sekolah, gara-gara ketahuan bolos, akhirnya Dadang di hukum ayahnya dan gak di kasih uang jajan selama 19 tahun.

   Di saat sedang melangkah, tiba-tiba terlintas di pikiran Dadang, bagaimana, jikalau, misalnya, apabila, seumpama, Selfie menolaknya hanya untuk mrlihat seberapa besar cinta Dadang untuknya, atau mungkin... Selfie menolaknya karena Selfie masih trauma untuk berpacaran, apalagi seingat Dadang 2 bulan lalu Selfie baru saja di putusin pacarnya, hanya gara-gara Selfie karokean nyanyi lagu Geisha - Lumpuhkanlah ingatanku... pake speaker masjid.

   Setelah di pikir-pikir dengan amat sangat baik sekali banget very much pisan, Dadang pun memutuskan untuk kembali memperjuangkan cintanya kepada Selfie, Dadang tidak peduli walau harus menghabiskan waktu selama 22 tahun 2 bulan 22 hari (kaya waktu di turunkannya Al-Qur'an). Dadang pun siap walau harus di tolak sabanyak 2698 kali, ia akan terus memperjuangkan cintanya sampai Selfie sadar bahwa cinta Dadang untuknya lebih besar dari pria manapun yang ada di dunia ini.

   Baru saja Dadang melanjutkan langkahnya untuk pulang kerumah, ia di kagetkan oleh seorang nenek tua yang mengenakan jubah dengan 3 warna berbeda, yaitu... hitam pucat, hitam metalik dan hitam kehitam-hitaman. Terlihat dari raut wajahnya sisa-sisa kecantikan yang pernah ia miliki sewaktu ia muda dulu, ia juga mengenakan jepit kecil berwarna ungu di rambutnya, tanpa di tanya terlebih dahulu, nenek itu langsung mengatakan sesuatu pada Dadang.
"Nak... kamu pasti lahirnya tanggal 27 ya...? seperti kebanyakan orang yang lahir di kelipatan angka 9 (9-18-27) kamu harus hati-hati dengan suatu hubungan, karena akan ada godaan perpisahan, meski sudah ada tali pertunangan atau pernikahan sekalipun."
Awalnya Dadang tidak terlalu peduli dengan apa yang di katakan nenek itu, namun sekilas ia teringat dengan tantenya yang lahir tanggal 18, tantenya kini memang sedang dalam konflik perceraian, namun Dadang kembali tak menghiraukan apa yang ada di pikirannya itu. Ia melanjutkan kembali langkahnya meninggalkan nenek itu yang kini terlihat sedang makan sepiring nasi goreng... pake sedotan.

   Tiba-tiba Hp yang ada di saku celana Dadang bergetar di sertai nada SMS yang terdengar tidak biasa.
"Aku tersesat dan tak tau arah jalan pulang... aku tanpamu... butiran salju..."
Karena tidak hati-hati, Hp yang Dadang ambil dari saku celananya malah jatuh ke tanah, ketika Dadang hendak mengambil Hp itu dengan cara membungkukan tubuhnya, tidak sengaja Dadang melihat ke arah belakang, ternyata kaki si nenek tadi mengambang dan tidak menginjak tanah, Dadang pun merasa takut hingga membuat bulu kuduknya berdiri, awalnya ia mau membaca surat Al-Baqarah ayat 255, tapi setelah ia lihat lagi dengan seksama... "Ohh... pantas saja kakinya gak nginjak tanah." Dadang baru ingat, nenek itu dari tadi memang naik kursi roda.

   Mimik wajah Dadang berubah ceria, setelah membaca SMS yang di kirim ayanhnya mengenai di terimanya Dadang di SMA terfavorit di kota Subang. Namun selang beberapa saat berubah lagi menjadi muram, karena nenek misterius itu memanggilnya kembali dengan kalimat yang tidak mudah di mengerti.
"Hei nak... hati-hati dengan dunia ini di tahun 2043."

Bersambung...

Stevolni eps. 4
"Sedingin Cintamu"
@Thazudin_Story

Sabtu, 05 Juli 2014

Stevolni eps. 3 : Wanita Pematah Hati

Aku lupa kapan terakhirkalinya aku menangis
Tapi itu bukan berarti hidupku selalu bahagia
Karena aku juga lupa...
Kapan terkhirkalinya aku tersenyum tanpa beban.

   Itulah yang Dadang tulis di status facebooknya, ia sangat berharap Selfie mengomentari atau setidaknya nge-like statusnya itu. Namun sejam dua jam... sehari dua hari Dadang menunggu... Selfie tetap tak menanggapinya. Hanya seorang yang nge-like statusnya, itupun mungkin karena terpaksa soalnya Dadang ancam dia pake parang.

   Dadang merasa sendiri di dalam ruang kelasnya yang penuh dengan kegaduhan obrolan teman-temannya. Ia merasa hampa meratapi nasib cintanya terhadap selfie yang tak kunjung terungkap. Ia hanya bisa duduk melamun di atas meja guru, sambil makan sedikit demi sedikit potongan kapur tulis.

   Sejak ujian seminggu kemarin, Dadang tidak pernah lagi melihat sosok Selfie. Ia gelisah karena kabarnya Selfie akan melanjutkan sekolah di luar kota dan tidak akan tinggal lagi di kota Subang, apalagi perpisahan sekolah semakin dekat, Dadang semakin gelisah karena takut Selfie keburu pergi sebelum Dadang bisa mengungkapkan isi hatinya.

                                                           ***

   Saat pulang dari sekolah, Dadang tidak sengaja melihat Selfie dari kejauhan sedang duduk manis di warung baso. Bagi Dadang, tidak ada yang lebih indah di dunia ini selain melihat wajah Selfie yang sedang tersenyum, apalagi kini Selfie jauh lebih anggun dari biasanya, ia mengenakan baju yang sangat mewah... baju pemadam kebakaran.

   Ketika melihat Selfie yang sedang asyik menyantap semangkuk baso spesial yang di taburi paku payung di atasnya, tiba-tiba saja Dadang teringat kata-kata bang Didin (preman yang suka nongkrong di depan rumah Dadang), waktu itu bang Didin pernah bilang.

"Hidup itu cuma sekali... jadi... mumpung ada kesempatan... ngapain mikir dua kali."
Setelah mengingat kalimat itu, Dadang pun langsung memutuskan untuk nembak Selfie saat itu juga.

   Dengan langkah yang gemetar, Dadng mulai mendekati Selfie. Namun, ketika sudah lebih dari setengah perjalanan ia malah berhenti, mungkin karena merasa sangat gugup... Dadang pun menutup kedua matanya, lalu melanjutkan kembali langkahnya.
Setelah merasa berada tepat di belakang tubuh Selfie, kemudian Dadang buru-buru meraih tangan Selfie dan menggenggamnya dengan sangat erat, dengan mata yang masih dalam keadaan tertutup, lalu Dadang berkata.

"Sel... aku tak kuat lagi memendam perasaan ini... mungkin hatiku telah berdebu... karena ribuan malam selalu merindukanmu... percayalah... aku sangat mencintaimu... dan aku ingin kau menjadi pacarku."
   Sedetik dua detik berlalu... Dadang merasa ada yang aneh... Selfie tak kunjung memberinya jawaban. Lalu Dadang pun membuka kedua matanya, ia terbelalak karena merasa kaget sekali, yang dia pegang ternyata bukan tangan Selfie, melainkan tangan si abang tukang baso. Lalu Dadang pun buru-buru melepaskan genggamannya. Dadang baru sadar ternyata Selfie dari tadi berdiri tepat satu meter di belakang si abang tukang baso, lalu si abang tukang baso itu pun pergi meninggalkan mereka berdua dengan mangkok menutupi mulutnya karena tak tahan ingin tertawa.

  Selfie mulai buka suara menanggapi pengungkapan perasaan dari Dadang.
"Maaf Dang... sebenarnya aku tau kalau cinta kamu itu tulus... tapi, zodiak aku kan Aries, sedangkan zodiak kamu Taurus... Nah... menurut ramalan zodiak, aku tuh cocoknya sama cowo yang zodiaknya Leo... Maaf, untuk saat ini aku belum bisa nerima kamu dang."

   Mendengar kata-kata dari Selfie yang ternyata menolak cintanya, Dadang pun bagaikan tersambar petir di siang bolong, ia berharap ada angin kencang yang bisa meniup dirinya terbang dan menghilang dari hadapan Selfie saat itu juga, tapi Dadang tau itu tidak akan mungkin terjadi. Lalu dia pun memutuskan untuk lari sekencang-kencangnya meninggalkan Selfie... karena tidak hati-hati Dadang malah menabrak seorang laki-laki yang ada di depannya dan tanpa sengaja bibir Dadang menempel tepat di pipi laki-laki itu... yang ternyata lelaki itu... lagi-lagi si abang tukang baso tadi.

                                                                ***

   Dadang tidak percaya, ia di tolak hanya gara-gara sebuah ramalan zodiak. Dadang kembali melanjutkan langkahnya, namun ia tidak langsung pulang menuju rumahnya, ia malah menaiki tower yang ada di kampungnya, tapi bukan untuk bunuh diri, di atas tower Dadang malah teriak-teriak gak jelas sambil nyanyi lagu Viera dengan nada yang tak beraturan.
"Aku kan bertahan... meski takan mungkin... menerjang kisahnya... walau perih... walau perih."
Dadang tidak bisa menguasai perasaanya hingga membuat Dadang menangis sejadi-jadinya sambil minta tolong.
"Tolooong... toloooong... emaak toloooonggg..."
 Tapi sepertinya Dadang bukan menangis karena patah hati di tolak Selfie, ia menangis karena takut ketinggian dan gak bisa turun dari atas tower.

   Tanpa sepengetahuan Dadang, ternyata dari tadi bang Didin (preman yang kadang juga suka nongkrong di atap rumah Dadang) memperhatikannya dari bawah. Tanpa memperdulikan Dadang yang masih nangis dan teriak-teriak minta tolong di atas sana, lalu bang Didin pergi meninggalkan tower itu sambil berkata.
"Semoga hari ini aku tersesat..."

Bersambung...

Stevolni eps. 3
"Wanita Pematah Hati"
@Thazudin_Story


Kamis, 03 Juli 2014

Stevolni eps. 2 : Ujian Ultah Untukku

Pukul 21:00

   Di luar hujan baru saja berhenti, Dadang baru ingat ia belum membaca satu-kata-pun, dan lebih parahnya lagi, ia lupa dimana menaruh buku pelajarannya. Ia malah asyik melamun, sedangkan besok Ujian Nasional.

   Karena merasa haus, Dadang pun mengkesampingkan dulu mencari buku pelajarannya, ia berjalan menuju kulkas yang letaknya ada diluar rumah. Rumah Dadang memang sangat kecil, bahkan saking kecilnya, beberapa perabotan rumahnya terpaksa harus disimpan di luar.
Setelah minum dua gayung air, rasa haus itu langsung pergi naik angkot entah kemana. Tenggorokan Dadang pun kini terasa lebih segar, lalu ia kembali memasuki rumah untuk mencari buku pelajarannya.

   Di dalam rumah suasana terasa begitu sepi, kedua orangtua dan adiknya masih belum pulang dari tadi pagi. Dadang mengerti, mungkin mereka juga akan terlambat mengucapkan selamat ulang tahun untuknya besok.
(Tadi pagi Dadang menemukan surat yang ditinggalkan kedua orangtua-nya diatas meja. Dalam surat itu tertulis kalo orangtua dan adiknya sedang pergi kondangan ke Nigeria jalan kaki, jadi pulangnya mungkin akan sangat terlambart)

Pukul 21:30

   Setelah mengobrak-abrik seisi rumah akhirnya buku pelajaran itu ketemu juga, ternyata ada di rumahnya sendiri. Pantesan dari tadi baru ketemu, Dadang malah mengobrak-abrik rumah tetangganya.
Walaupun buku pelajarannya sudah ketemu, Dadang tetap tidak bisa fokus belajar, ia terus kepikiran hari ulang tahunnya besok, pasti temen-temennya minta ditraktir, padahal ia tidak punya uang sama sekali, di tambah lagi orang tuanya tadi lupa ngasih Dadang uang saku.

   Akhirnya Dadang pun terpaksa harus memecahkan celengan satu-satunya yang sudah ia tabung sejak kelas 1 SD.
"Praaaanggg....!!!"
Celengan itu hancur berkeping-keping disertai uang recehan yang berserakan, Dadang sangat bersukur ternyata ada uangnya juga, padahal celengannya cuma sebesar biji salak. Setelah belajar dan beresin uang Dadang pun tidur.

Pukul 06:30

   Pagi yang cerah di bulan April, awan putih menghiasi langit biru dan udara hangat membelai kulit Dadang, membuat ia semakin bersemangat untuk menghadapi hari petama Ujian Nasional.
Sebelum memasuki gerbang sekolah, ia menyempatkan diri ke warung yang ada di sebelahnya untuk membeli beberapa telur dan tepung terigu, semua itu ia lakukan supaya temen-temennya gak perlu ngeluarin uang untuk ngejailin dia di hari ulang tahunnya, karena ia tau hampir semua temennya dari kalangan yang tidak mampu sama seperti dirinya.

   Bel sekolah pun berbunyi, Dadang langsung berlari memasuki ruang ujiannya. Ketika soal dibagikan oleh Pengawas ujian, tatapan Dadang langsung berubah menjadi tajam, seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat; ternyata itu soal Bahasa Inggris, padahal semalem Dadang ngapalin pelajaran Matematika.

                                                                          ***

   Ujian hari pertama pun berakhir, Dadang tampak sedang duduk kecewa di depan ruang kelasnya. Sebenarnya ia tidak terlalu kecewa dengan hasil ujiannya, karena ia bisa menjawab 62% dari soal bahasa Inggris tadi, yang sangat ia kecewakan adalah.. ternyata temen-temennya gak ada yang ingat hari ulang tahunnya.
Kemudian Dadang beranjak dari duduknya, dan berjalan menuju toilet dengan langkah gontai.
Setelah memasuki toilet, ia tutup pintunya rapat-rapat. Dibukanya tas yang berisi telur dan tepung terigu tadi, lalu ia pecahin sendiri telur di kepalanya, terus ia taburi seluruh tubuhnya dengan tepung terigu. Awalnya ia tercenung melihat sosok dirinya di cermin, tampak begitu menyedihkan, tapi lama-kelamaan ia malah ketawa-ketawa sendiri.. munkin ia berhasil melihat dirinya dari sudut pandang yang berbeda.. munkin ia kini beranggapan behwa dirinya tidak menyedihkan melainkan tampak konyol dan lucu. 

Untuk kenang-kenangan, tidak lupa Dadang pun bikin video yang merekam dirinya lagi joget-joget sambil lysync dan rencananya video itu akan langsung Dadang kirim ke Youtube... lewat kantor pos.

                                                                        ***

   Hari-hari berlalu, tanpa terasa ujian hari terakhir baru saja selesai. Dadang pulang dari sekolah menuju rumahnya dengan wajah dipenuhi keceriaan, Dadang sangat optimis, ia yakin sekali kalau ujiannya pasti memuaskan. Ketika ia membuka pintu rumahnya, wajah Dadang semakin tambah ceria karena kedua orangtua dan adiknya ternyata sudah pulang.

   Kedua orangtua-nya berterus terang kepada Dadang, kalau selama ini mereka semua sebenarnya tidak pergi kondangan ke Nigeria, apalagi sambil jalan kaki. Mereka ternyata cuma numpang nginep di Lotus Hotel Subang (di gudangnya) karena sengaja untuk meninggalkan Dadang sendirian di rumah.
Dadang pun tampak kesal mendengarnya, ia marah dengan gaya feminim seperti anggota Cherybelle ke ayanhnya, lalu bilang.

"Sebeul...sebeuil...sebeul..." Sambil mukul-mukul pundak ayahnya dengan manja... pake pisau belati.

   Ayahnya hanya ketawa-ketiwi, "Hehehe...."
Ayahnya sengaja melakukan itu semua karena.. Selain menghadapi ujian nasional, ayahnya juga ingin Dadang bisa melewati ujian untuk hidup mandiri tanpa bantuan siapapun.

Bersambung...

Stevolni eps. 2
"Ujian Ultah Untuk ku"
@Thazudin_Story