Minggu, 30 Oktober 2016

TANPAMU

kepalaku
perpustakaan
semua bukunya
bercerita tentangmu

rinduku seekor anjing
kulempar sejauh apapun
buku-buku itu dikembalikannya
pernah aku lari sekencang angin
tapi ia kejar dengan mudahnya
sembunyi keujung dunia
sepertinya percuma

betapa sulit kulupa
terpejam terbuka
tetap terlihat
dirimu

Sabtu, 15 Oktober 2016

Bukan Fiksimini

DI STASIUN
puluhan gerbong kereta sedang antri membeli tiket untuk menaiki aku

DI HALTE
hujan terpaksa berteduh, ia takut make-up diwajahnya luntur terkena derasnya seorang gadis

DI HATIKU
masih tertulis namamu

Jumat, 14 Oktober 2016

DI BALIK KACA JENDELA

Aku diam-diam memperhatikan bocah kecil yang menari-nari dibawah guyuran hujan; kemudian Ibuku menghambur keluar dan menjewer bocah itu sambil memarahinya dengan menyebut-nyebut namaku? Lalu.. petir menggelegar menyadarkan lamunan masa kecil yang penuh dengan cengengesan itu.

Kamis, 13 Oktober 2016

KALI INI DARI ARAH UTARA

Entah itu dari venus atau mars, setiap angin tersebut berhembus, aku selalu merasa ada daun yang gugur dalam diriku. Awalnya kukira perasaan ini karena cemburu, atau iri, atau semacam penyakit hati; tapi ternyata bukan. Aku baru sadar, jika angin tersebut dari arah yang kukenal (seperti sekarang), aku malah turut bersukacita, bahkan ikut mendoakan semoga sehidup sesurga.

Selasa, 11 Oktober 2016

Kutipan 2017

Perawatan tubuh mampu membuat suasana hati wanita menjadi sedikit lebih baik. (Reza, 27 Tahun, Tukang Parkir Salon)

Cinta itu harus seperti rumput; walau sering dipotong, ia akan tumbuh lagi. (Hardi, 39 Tahun, Tukang Kebun)

Beberapa orang pergi liburan bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk pamer foto di Media Social (Andre, 21 Tahun, Kurang Piknik)

Anak sekolah yang suka malak temennya, tidak ada bedanya dengan Pejabat yang mengkorupsi uang Rakyat. (Fajar, 17 Tahun, Ketua OSIS)

Guru pintar tidak akan memarahi muridnya dengan sebutan: Bodoh, Bego, Idiot, dll. (Karmo, 46 Tahun, Penjaga Sekolah)

Mengibarkan Bendera Slank di lapangan upacara melanggar hukum gak ya??? (Thazudin, 7 Tahun gak naik kelas)

Pria Soleh tidak selalu harus yang memakai kopiah, tapi yang Soleha udah pasti yang berkerudung, kan? (Wahyu, 28 Tahun, Penjual Busana Muslim)

Buat apa sholat? Sholat itu buang-buang waktu. Mending maen hape. Biar nanti kita sama-sama masuk neraka. (Setan, 9999 Tahun, Penggoda Iman)

Seandainya Dimas Kanjeng gak dipenjara; aku tidak ingin menggandakan uang, aku ingin menggandakan pacar sahabatku. Karena aku juga suka dia. (Mamat, 24 Tahun, Lagi Galau)

Cinta memang sudah membutakan telingaku, hingga membuatku tak mampu mendengar nasehat temanku yang bisu. (Teguh, 29 Tahun, Preman Pasar yang suka nulis Puisi)

Saranghaeyo-Gomawoyo-Dururu-Dururu. (Budiman, 26 Tahun, Hansip yang suka nyanyi lagu Korea)

Meoong.. Meoong.. Meoong...
(Leonardo, 2 Tahun, Kucing Peliharaan Thazudin)

Dan terjadi lagi, kisah lama yang terulang kembali. Kau terluka lagi, dari cinta rumit yang kau jalani. (Ariel Noah, 35 Tahun, Kembaran Thazudin)
.
.
.
(Ya, tulisan ini emang gak penting. Maaf untuk semua nama dan umur yang saya cantumkan diatas; terutama buat kembaran saya: Maaf ya)
.
.
ih bukan, kembaran saya bukan yang umurnya 9999 Tahun. Itu mah kembaran kamu, iya kan? Udah iyain aja, biar aku senang. ^^

Senin, 03 Oktober 2016

Nyatanya Nyegerin

Tidak ada hidung pesek yang indah, kecuali hidung-pesekmu itu; letaknya sungguh sempurna, sesuai dan sangat pas diwajah.
(iya, ini gombal)

Meski tanpa riasan; 365 hari dalam setahun, kau selalu tampak cantik.
(iya, ini juga gombal)

Jika akhir-akhir ini kau merasa ada seseorang yang merindukanmu?
(iya, itu aku)

Apa kau tau???
Melihat Senyum di bibirmu
Nyatanya Nyegerin
(iya, ini iklan)

Jika pria di dunia ini hanya ada Aku dan orang gila? Kamu pilih pacaran sama siapa?
(iya betul, mending kamu pacaran sama botol Sprite)

"Apa iya dengan mencampur sendiri es batu, rasa lemon, dan gelembung bisa se'enak dan senyegerin segelas Sprite? Boleh aja dicoba.. tapi nyatanya susah. Menurut kamu info ini gak penting? Nyatanya kamu jadi baca tulisan ini selama lebih dari 3 detik. Dan sekarang kamu jadi haus dan pengen minum segelas Kopi Sianida."


#Sprite
#NyatanyaNyegerin
#Thazudin
#NyatanyaNgeselin

Sabtu, 01 Oktober 2016

Babakan Ontang

Dulu, setiap menjelang Adzan Maghrib, anak-anak selalu siap untuk berlari dengan tujuan: kalo gak rebutan pemukul beduk, ya rebutan Mik buat adzan (berhubung punya suara yang pas-pasan, aku termasuk yang lari kearah Beduk).
Oh iya, pernah ada kejadian lucu waktu rebutan Mik:
Nano, Oyat, Deni, karena ketiganya gak ada yang mau ngalah,  akhirnya mereka sepakat untuk Adzan Bergantian (Kolaborasi: per orang 2 ayat).

Setelah selesai shalat maghrib, anak-anak mulai duduk membuat lingkaran-lingkaran sesuai tingkatan bacaan Ngaji-nya. Dan dalam satu lingkaran, terjadi lagi persaingan, tapi sayangnya bukan persaingan dalam hal mengaji, melainkan persaingan untuk memperebutkan tempat duduk tepat di bawah kipas angin (waktu itu kipas angin di Masjid hanya ada satu).

Aku masih ingat hari pertama aku belajar ngaji (belajar alif-alifan), guru ngaji pertamaku perempuan, aku tidak tau namanya, yang pasti dia terlihat cantik dengan kerudung kuning yang warnanya sudah memudar. Pada saat itu, menurutku wanita cantik di dunia ini cuma ada dua: satu Guru ngajiku dan yang satunya lagi wanita yang nempel di kamar Kakakku (Foto Artis di kalender tahun 1997).

Selain guru ngaji yang cantik, ada juga guru ngaji yang galak, sok berkuasa, sok ngatur, dan suka ngasih hukuman sama anak-anak yang ketahuan nakal.
Waktu itu, kenakalan yang paling sering terjadi adalah ngumpetin sendal; tidak hanya diumpetin, kadang sandalnya ditulisin nama bapaknya (pake arang). Bahkan, Guru ngaji yang galak itu juga pernah jadi korbannya.

Aku dan beberapa temanku juga pernah ngumpetin sandal, tapi sayangnya ketahuan. Akibat dari kejahilan itu, kita kena hukuman disuruh ngisi bak air tempat Wudhu (saat itu tempat Wudhu juga masih sederhana, kalo mau Wudhu ya harus nimba air dulu).

Jaman aku kecil dulu, anak-anak memang sangat akrab dengan Masjid; kalo libur sekolah, kadang suka tidur rame-rame di Masjid. Dan yang tidur duluan biasanya dijailin sama anak-anak yang lain: dipakein Mukena, diiket kakinya pake sarung, sampe-sampe ada yang dikentutin tepat diwajahnya.
Ya, kadang kejahilannya tidak manusiawi, tapi namanya juga kan anak-anak (anak nakal).
Aku juga pernah tidur di Masjid, terus dibangunin sama si Iwan, "Heh-heh, bangun-bangun." pas aku udah bangun, si Iwan-nya bilang gini: "Ngga, cuma mau ngasih tau. Sekarang udah jam sebelas, ayo cepet tidur, nanti shalat Subuh-nya kesiangan."

Bedanya sama sekarang???
Sekarang semakin bagus Masjid, malah semakin sepi Jamaahnya. Shalat subuh aja paling banyak cuma 5 orang; kadang cuma Marbot doang seorang (Adzan sendiri, Iqamah sendiri, Shalat sendiri).
Dan kalo Maghrib tiba, anak-anak sekarang bukannya ke Masjid, mereka lebih suka nonton sinetron cinta-cintaan, sinetron balap-balapan, duyung-duyungan...

Bersambung...

*Tulisan ini berdasarkan kenangan beberap orang. Sebagian fakta, sebagian lagi sengaja ditambah-tambahkan untuk tujuan hiburan*